Kamis, 03 Februari 2011

Problem Wanita pada “Usia Madya”

Problem Wanita pada “Usia Madya”
Yang dinamakan  “Usia Madya” itu dimulai dari usia 35 tahun. Usia 30 tahun biasanya sudah mulai ada perubahan, hanya saja belum begitu dirasakan. Pada umumnya yang dirasakan hanya yang memiliki dampak negative saja, misalnya kulit mulai berkerut sedikit di pojok mata, yang semakin lama semakin nyata kerutannya.  Perubahan yang terjadi pada Usia Madya baik secara jasmani maupun rohani, antara lain adalah :
1.      Perubahan Jasmani
Tubuh mulai kendor dan tambah gemuk, karena kebanyakan lemak, walaupun makannya tetap tidak tambah banyak. Sebab metabolisme tubuh mulai berkurang. Kalau makannya tidak dikurangi, kelebihan dari kebutuhan tubuh, sisanya tertumtuk akhirnya menjadi lemak, sehingga tubuh lebih gemuk dan penampilan juga berubah.
2.      Penyakit
Beberapa macam penyakit yang biasa menyerang usia 40 tahun, misalnya :
a.       Darah tinggi dan tulang kropos (mudah patah). Untuk mengatasi tulang kropos dianjurkan ibu-ibu minum susu non lemak (SKIM)
b.      Diabetes Melitus (sakit gula)
c.       Rhematik, linu-linu, pinggang sakit/mudah lelah. Ini merupakan gejala umum untuk ibu-ibu usia madya.
Ini semua terjadi karena kelelahan “fisik”. Dan kelelahan “mental” untuk bapak-bapak dan ibu-ibu karier yang biasanya pada usia madya sedang meningkat kariernya. Pulang kerja sudah capai, loyo, kemudian malas diajak ngobrol, kadang-kadang berpengaruh negative dalam berhubungan suami-istri. Bapaknya loyo, ibunya adem.
Bagi ibu-ibu yang bukan wanita karier, terkadang merasa capai seharian bekerja mengurus rumah, setelah suami pulang kantor tidak mau diajak bicara atau bertukar pendapat dan pengalaman. Hal ini dapat berakibat tidak bergairah  dalam berhubungan suami-istri, kurang harmonis dan akibat  negative lainnya yang tidak kita harapkan.
3.      Monopause
Setiap orang biasanya tidak pas sama pada usia tertentu, tetapi pada umumnya  dimulai usia 44 tahun. Perubahan pada masa menopause ini kalau tidak diantisipasi sendiri oleh ibu-ibu bisa menimbulkan masalah, terutama dalam berhubungan suami-istri.
Tanda-tanda  monopause antara lain adalah sbb:
a.       mudah berkeringat
b.      terasa panas (kepanasan)
c.       sensitive (mudah tersinggung)
d.      malas melakukan hubungan suami-istri, sebab terjadi penipisan kulit dinding vagina (sakit). Padahal pada usia madya, justru bapak-bapak ini sedang getol-getolnya untuk memamerkan keperkasaannya atau kejantanannya.
Ibu-ibu harus hati-hati!, kalau bapak mengajak “beraduhai”, kemudian istri sering menolak, ibu-ibu harus ingat bahwa di luar sana banyak sekali daun muda yang segar. Sebenarnya kalau ada keluhan dalam ber”aduhai” misalnya sakit, bisa diatasi dengan pergi ke dokter kandungan. Ada salep tertentu yang mengandung hormone estrogen yang bisa mengatasi masalah tersebut.
4.      Syndrome Sangkar Kosong
Biasanya ibu-ibu pada usia madya, pas suaminya berada di puncak karier. Kerja keras, waktu untuk keluarga terbatas. Pulang kantor sudah lewat jam kerja, capai, gampang marah. Kemudian putra-putri sudah menginjak remaja dan dewasa, sehingga jarang di rumah. Senangnya pergi dolan dengan teman-temannya. Sehingga ibu-ibu di rumah merasa kesepian, merasa tidak di butuhkan lagi oleh keluarga. Hal ini dapat mengakibatkan depresi mental. Keadaan seperti inilah yang disebut dengan Syndrome Sangkar Kosong. Kalau ibu tersebut merupakan wanita karier, biasanya menjadi mudah marah, sensitive dan mudah menangis. Kalau ibu tersebut ibu rumah tangga , umumnya lalu “menarik diri” tidak mau bergaul, suami dan anak-anak tidak begitu dipedulikan. Sehingga menimbulkan jurang pemisah antara ibu dengan keluarga, lalu timbul “miss communication”
Permasalahan yang timbul pada “Usia Madya.” Ini dapat diatasi  antara lain dengan :
  1. Lebih mendekatkan diri lagi kepada Tuhan (berserah diri atau sumeleh pada Sang Pencipta)
  2. Komunikasi yang terbuka dengan semua anggota keluarga
  3. Jujur dan tahu empan dan papan
Dipetik dari beberapa sumber



Jumat, 21 Januari 2011

Keluarga Sehat dengan Memberantas Penyakit Cacingan

Orang-orang Indonesia yang terjangkit penyakit cacingan antara 60 - 80%-nya. Penyakit cacingan kurang mendapat perhatian yang serius, karena penyakit ini tidak membahayakan seperti penyakit jantung. tetapi seharusnya penyakit cacingan ini mendapat perhatian yang serius, karena adanya cacing di pencernaan kita, akan menyebabkan kita kekurangan gizi, pertumbuhan terganggu, kurus, lesu, kurang gairah dan menyebabkan daya pikir menjadi kurang.
macam-macam cacing dan cara penularannya :
1. Cacing Gelang (ASCARIS LUMBRICOIDES)
(panjangnya antara 30 - 40 cm)
Telurnya yang keluar bersamaan kotoran manusia, bisa ditularkan oleh lalat atau kebersihan yang kurang; misalnya makan tanpa sendok tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Cacing Gelang ini dapat bertahan hidup di dalam perut selama 1 tahun kemudian mati dengan sendirinya. Tetapi kenyataanya adalah cacing gelang yang ada di dalam perut belum mati sudah kemasukan cacing gelang lagi, yang kadang jumlahnya puluhan.
2. Cacing Tambang (ANCYLOSTOMUN DUODENALE)
Panjangnya cuma 1 cm. Cacing ini ganas dan sangat berbahaya, sebab setiap harinya setiap cacing dapat menghisap darah 0,2 CC. Cacing Tambang dapat bertahan hidup selama 5 - 9 tahun, baru kemudian mati dengan sendirinya. Orang yang berpenyakit cacing tambang dapat menyebabkan lesu darah, anemia, dan kurang gizi. Penularannya melalui telur cacing di tanah terinjak kaki atau kontak langsung dengan badan manusia, kemudian menembus kulit masuk dalam aliran darah dan akhirnya menetap di usus. Ketika larva masuk paru-paru menyebabkan batuk dengan mengeluarkan sedikit darah. ini belum berbahaya karena di paru-paru masih berujud larva, menjadi cacing setelah menetap di usus.
pencegahannya : dengan memakai sandal atau sepatu.
3. Cacing Cambuk (TRICHURIS TRICHIURA)
Tempatnya di usus bagian bawah. Cacing ini menghisap sari makanan juga menghisap darah, walaupun tidak seganas cacing tambang. Dapat mengakibatkan kurang gizi dan anemia. Penularannya melalui makanan yang kurang bersih dan air minum yang tidak direbus.Cacing cambuk dapat merusak otot-otot usus dekat anus. anus dapat keluar karena ototnya dirusak. ini berbeda dengan wasir, kalau wasir yang keluar itu pembulu darah yang membengkak.
4. Cacing Kremi
Bentuknya seperti parutan kelapa. Penularannya tidak melalui tanah. Cacing Kremi sulit sekali diberantas. Cacing Kremi menyerang siapa saja, bukan saja orang yang kurang kebersihannya. Tetapi juga menyerang orang elit di kota, yang tinggal di rumah mewah dan orang yang terjamin kebersihannyapun diserang atau dapat terjangkit. Cacing ini kalau mau bertelur keluar dari anus/dubur, telurnya disemprotkan, menyebabkan iritasi di kulit, kemudian terasa gatal. Jadi tanda-tanda orang yang terjangkit penyakit Cacing Kremi adalah suka menggaruk di dekat dubur/anus. Menyebabkan anak suka ngompol walaupun sudah besar. Penularannya melalui sprei, sarung bantal dan alat-alat di  kamar mandi yang pemakaiannya bersama-sama. Oleh karena itu kalau mengobati harus serentak sekeluarga.
Pencegahannya  terhadap penyakit cacingan:
a. menjaga kebersihan
b. air minum direbus terlebih dahulu
c. mempunyai jambang/WC
d. pengobatan mandiri kira-kira 4 bulan sekali serentak satu keluarga
e. mengenakan alas kaki (sandal/sepatu)

Rabu, 19 Januari 2011

SELAYANG PANDANG SEJARAH SMPN 2 TAMAN



          Pada mulanya sekitar tahun 1977 STN I Pemalang Integrasi dengan SMP Pemda Taman. Lokasi di Beji, sebelah timur rumah Bp.Broto Haryanto pegawai kesehatan. Memiliki 9 rombel untuk kelas I, II, III. Dipimpin oleh Bp.Soepaat Noech Idris. Lokasi yang ditempati adalah tanah atas nama Bp Said Sumekti yang dulunya bekas rice mill. Karena lokasi SMP Pemda Taman Integrasian STN I Pemalang sempit, oleh Panitia yang diketuai Bp.Soepaat N.I. dicarikan tempat yang lebih luas, dan didapatkan daerah yang luas di desa Banjardawa bekas pabrik gula dan beberapa rumah penduduk seluas ± 3 ha. Pembebasan tanah bekas pabrik gula dan beberapa rumah penduduk yang sekarang ditempati SMPN 2 Taman dan SMPN 1 Taman dibebaskan oleh Panitia, yang saat itu kepala desa Banjardawa adalah Bp.Kastani dengan Sekdes Bp.Sodikin.
            Barter dilakukan oleh Panitia dengan CV. Pembangunan Jaya untuk menukar lokasi sekolah di Beji dengan pembangunan 6 ruang kelas + 1 ruang kantor + 1 ruang kamar mandi dan WC di lokasi bekas pabrik gula di desa Banjardawa-Taman-Pemalang. SMP Pemda Taman Integrasian STN I Pemalang untuk sementara kegiatannya masih di desa Beji, kemudian turun Surat Keputusan Menteri P dan K RI No.: 030/U/1979 tanggal 17 Pebruari 1979, tentang : Pelaksanaan integrasi Sekolah Kejuruan Tingkat Pertama menjadi Sekolah Umum Tingkat Pertama. Tidak lama kemudian berubah status menjadi SMP Negeri Taman. Setelah penegerian dari SMP Pemda Taman Integrasian STN I Pemalang menjadi SMP Negeri Taman, seharusnya SK SMP Pemda Taman dikembalikan ke Pemerintah, namun oleh Panitia SK SMP Pemda Taman tidak dikembalikan ke Pemerintah tetapi di buat kelas jauh dengan SMP Pemda Ampelgading, yang lokasi kegiatan belajar mengajar sementara di SDN Beji masuk siang, dengan kepala sekolah sementara Bp.Sobirin. Kemudian diusulkan pengajuan penegerian untuk SMP Pemda Taman yang digabung dengan SMP Pemda Ampelgading oleh Panitia pada Pemerintah. Dua tahun kemudian turun SK dengan nama SMP Negeri Ampelgading di Taman. Kemudian ada ketentuan bahwa SMPN yang berasal dari Integrasi Sekolah Kejuruan harus menjadi SMPN 2 tidak boleh menjadi SMPN 1. Sehingga SMPN Taman akhirnya menjadi SMPN 2 Taman, walaupun SMPN 1 Taman belum ada, dan kalau di Taman hanya ada SMPN 2 Taman saja,  maka para pengajar dan pegawainya tidak bisa menerima gaji, maka akhirnya SMPN Ampelgading di Taman dijadikan SMPN 1 Taman (karena saat itu juga turun SK SMPN Ampelgading di Ampelgading).  Karena SMP Negeri 1 Taman yang baru belum memiliki tempat dan gedung sendiri, maka atas kesepakatan  Panitia merelakan sebagian tanah milik SMP Negeri 2 Taman diberikan untuk SMPN 1 Taman seluas ± 1 ha.
            Tahun 1981 pembangunan hasil dari barter telah selesai dan siap untuk ditempati, maka pada tahun pelajaran baru SMP Negeri 2 Taman pindah lokasi sepenuhnya di desa Banjardawa – Taman – Pemalang, dengan 6 kelas untuk kelas I, II, III (karena kelas I diambil 1 kelas, kelas II diambil 1 kelas, kelas III diambil 1 kelas untuk dijadikan siswa SMPN 1 Taman guna memenuhi persyaratan penegerian SMPN 1 Taman) dan 1 ruang kantor serta 1 ruang kamar mandi & WC.     Tahun 1982 guru-guru SMP Negeri 2 Taman yang dipimpin oleh Bp.Soepaat N.I mempunyai gagasan untuk mendirikan sekolah swasta yang berada di lingkungan Kecamatan Taman, dan akhirnya terbentuklah sekolah swasta dengan nama SMP PGRI 3 Taman, yang siswanya berasal dari para pendaftar SMP negeri 2 Taman yang tidak tertampung di SMP Negeri 2 Taman, dengan jumlah siswa pertama kali dibuka sebanyak 27 siswa masuk siang numpang di SMP Negeri 2 Taman, yang menjadi kepala sekolah adalah Bp.Soekarno. Pada tahun kedua menjadi 4 kelas dengan masing-masing kelas 35 siswa. Selama dua tahun guru-guru yang mengajar di SMP PGRI 3 Taman tidak ada yang dibayar. Sehubungan pada saat itu Guru PNS belum bisa di DPK, maka akhirnya yang ditunjuk sebagai kepala sekolah PGRI 3 Taman adalah Bp.Yangu mantan kepala SD. Tahun 1986/1987 SMP PGRI keluar dari SMP Negeri 2 Taman pindah ke sebelah barat daya SMP Negeri 2 Taman dengan satu guru DPK menjadi Kepala Sekolah SMP PGRI 3 Taman yaitu Bp.Dadi Martopo (guru SMP negeri 2 Taman), dengan 9 rombel untuk kelas I, II dan III.

         Mulai berdiri SMP Negeri 2 Taman, sesuai SK nomor: 030/U/1979 tertanggal 17 Pebruari 1979. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 1979. Sehingga Ulang Tahun SMP Negeri 2 Taman ditetapkan tanggal 1 April, sesuai dengan berlakunya SK No. 030/U/1979.
Sejak berdirinya sampai sekarang telah mengalami beberapa pergantian pimpinan (kepala sekolah),  yaitu :
1.    Bp. Soepaat Noech Idris       01 April 1979 s/d 30 Juni 1983
2.    Bp. Moedjiman DS, BA        01 Juli 1983 s/d 30 Maret 1991
3.    Bp. Urikno Mardisusilo, BA  01 April 1991 s/d 30 September 1991 (pengampu)
4.    Ibu Warkumi                         01 Oktober 1991 s/d 30 Mei 1993
5.    Bp. Urikno Mardisusilo, BA  01 Juni 1993 s/d  30 Juni 1999
6.    Bp. Sudirman                        27 Juli 1999 s/d  Desember 2005
7.    Bp. Hernanto,S.Pd, M.Pd.    13 Juni 2006 s/d  31 Agustus 2013
8.    Bp. Bandiyanto, S.Pd.           01 September  2013  sampai sekarang