Kamis, 04 Desember 2014

KARAKTER JUJUR



KARAKTER JUJUR

                 Jujur adalah salah satu wujud karakter yang dijunjung tinggi di mana-mana. Karakter jujur ini tidak terbentuk begitu saja secara instan. Benih kejujuran itu perlu dan harus ditabur sejak anak usia dini, dipupuk dan dikembangkan terus sampai dewasa. Dr. Andar Ismail dalam bukunya “Selamat Menabur” mengatakan bahwa karakter seseorang itu produk masa kecil. Karakter seseorang itu bagaikan timbunan pasir yang terdiri dari beribu-ribu butir pasir, demikian juga karakter seseorang itu terbentuk dari ribuan peristiwa bertahun-tahun yang dimulai sejak kecil. Memang karakter seseorang itu bisa saja berkembang ke arah yang baik atau ke arah yang buruk pada masa dewasa karena pengaruh pergaulan. Akan tetapi setidaknya pada masa kecil fondasi karakter seseorang itu telah terbangun. Kalau benih yang ditabur pada masa kecil itu benih yang baik, tentu buahnya pun akan baik.
                 Karakter dalam bahasa latin artinya dipahat. Karakter itu tidak tunggal, maksudnya  hanya ini atau hanya itu saja, karakter itu jamak yang semuanya terkait dan terbentuk dalam gambaran utuh kehidupan seorang manusia. Karena karakter itu dipahat, maka dibentuk dari kebiasaan-kebiasaan mulai dari masa anak-anak, sampai dewasa. Begitu juga dengan karakter jujur harus dibentuk dari kebiasaan sehari-hari sejak masih anak-anak, sampai dewasa dibiasakan untuk hidup jujur.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa seringkali orang tidak mau jujur? Seringkali yang membuat orang tidak jujur adalah karena seseorang itu menginginkan lebih dari yang seharusnya. Seseorang mungkin termasuk kita juga seringkali hanya ingin enaknya saja, tanpa mau menerima yang tidak enak yang seharusnya menjadi bagian kita. Yang menjadi perenungan kita adalah :
1)   Sudahkah pembentukan karakter jujur dengan sadar kita hadirkan di rumah? Atau di instansi kita? 
2)    Sudahkah pembentukan karakter jujur menjadi bahan pendidikan di rumah? Atau di instansi kita?  Tentunya harus dijawab dengan jujur!
Apakah kejujuran itu? Mari kita perhatikan ilustrasi dibawah ini!
Ali dan Nano mengunjungi Tono yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. Tono bercerita ada kelainan yang cukup serius pada jantungnya. Jadi mungkin harus dioperasi. “Ton, kamu nggak usah khawatir,” kata Ali membesarkan hati Tono. “Kakak saya  dulu operasi jantung di rumah sakit ini juga”.
“kakakmu ada kelainan jantung juga?” tanya Tono.  “Iya, sama dengan kamu Ton, awalnya  sesak kalau bernafas, dada agak sakit, setelah diperiksa ternyata memang harus operasi jantung” kata Ali. “Sekarang kakakmu sudah sembuh?” tanya Tono dengan penuh harap dan wajah bersinar.
“Tidak! sudah meninggal!” jawab Ali.
                 Apakah yang dilakukan Ali adalah sebuah kejujuran? BENAR! Jika kejujuran hanya dipahami dengan mengatakan yang sebenarnya. Kejujuran tidak hanya itu, kejujuran tidak hanya mengatakan yang sebenarnya, tetapi diiringi karakter yang lain yaitu tulus, menjunjung kehormatan dan prinsip keadilan, maksudnya kejujuran itu harus disampaikan dengan bijak! Kejujuran dilakukan tanpa mengadili, tanpa menghancurkan dan tanpa menindas orang lain. Kalau kita sulit mengatakan sesuatu dengan jujur, sebaiknya jangan katakan apa-apa.
Mari kita perhatikan ilustrasi berikut!. Ada suatu kehidupan di hutan yang dipimpin oleh seekor singa sebagai rajanya. Pada suatu pagi sang raja bangun tidur dan menyapa istrinya,“ Selamat pagi Istriku”. Sang istri menjawab,”Selamat pagi juga! Paduka raja aroma mulutmu  sangat tidak sedap, apakah ada gigi Paduka yang berlubang?” Raja singa merasa tidak senang dengan perkataan istrinya. Sang raja ingin menanyakan pada hubalang-hulubalangnya yaitu kancil, domba dan rubah.  Singa memanggil domba dan bertanya, “Domba, apakah aroma mulutku tidak sedap?”. Domba pun menjawab dengan jujur.” Betul Tuan, aroma mulut Tuan baunya tidak sedap”. Saat itu juga marahlah sang singa merasa tersinggung, sehingga diterkamlah domba itu. Kemudian sang  singa memanggil rubah untuk ditanya hal yang sama dengan domba, tetapi karena rubah tahu bahwa domba telah menjawab dengan jujur akhirnya malah diterkam, maka rubah menjawab dengan sebaliknya. “Tuan aroma mulut tuan sangat wangi, sangat harum” begitu jawab rubah. Tetapi sang singa masih lebih mempercayai perkataan istrinya, maka marahlah singa itu pada rubah karena merasa dibohongi, oleh karena itu diterkam dan dicabik-cabiklah tubuh rubah itu. Melihat semua kejadian itu takutlah sang kancil, ia berpikir bagaimana harus menjawab pertanyaan sang rajanya itu. Sang singa akhirnya memanggil kancil dan bertanya. “hai kancil apakah mulutku bau?”. Sang kancil pun mendekat sambil bersin-bersin,” Hasyiin..... aduh maaf Paduka saya sedang pilek, jadi tidak bisa membaui apakah mulut paduka berbau busuk ataukah tidak, jadi sekali lagi maaf paduka hasyiinn....,” maka selamatlah sang kancil dari terkaman sang singa. Dari ilustrasi di atas kita tahu bahwa kancil itu tidak jujur tapi tidak berbohong.
Keluarga adalah tempat pembelajaran yang pertama dan utama bagi anak-anak untuk menerima benih-benih karakter, termasuk di dalamnya karakter jujur. Dalam keluarga benih karakter yang baik dan yang tidak baik pertama kali diterima oleh anak-anak. Tanpa sadar seringkali orang tua menjadi teladan ketidakjujuran bagi anak-anak di rumah. Mari kita perhatikan dua contoh di bawah ini !
·      Pada suatu sore yang indah Wisnu sedang menonton TV menonton film kesukaannya. Pak Darto ayahnya, tengah asyik membaca koran. Telepon berdering. “Wis, angkat telepon itu, kalau dari pak RT bilang papa belum pulang kerja,” pesan Pak Darto. Ternyata benar, Pak RT yang menelepon. Wisnu pun mengatakan persis seperti yang dipesan ayahnya. Semua berjalan biasa-biasa saja.
·      Keesokan harinya ibu Wisnu mau pergi ke pesta perkawinan seorang temannya, diantar oleh pak Darto suaminya, adik Wisnu yang kecil yang bernama Lena menangis ingin ikut ibunya pergi. “Ibu mau pergi ke dokter, kalau Lena ikut nanti disuntik Pak Dokter lho!” kata ibu Wisnu.
Dari dua contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa ketidakjujuran seakan-akan telah menjadi hal yang wajar. Mengalir secara alamiah dalam realitas hidup berkeluarga. Menjangkiti semua srata sosial, agama, politis dan sebagainya. Anak-anak pun tak luput pula dari kenyataan ketidakjujuran.
Keluarga seharusnya menjadi tempat di mana setiap anggota keluarga merasa nyaman menjadi dirinya sendiri secara jujur, sehingga setiap anggota keluarga mampu bersikap terbuka satu sama lain, tidak perlu menjadi orang lain dengan berpura-pura atau berbohong. Anak-anak tidak merasa takut atau malu jika mengakui kesalahannya  karena anak-anak tahu mereka tidak akan dipermalukan.
Dalam hidup seseorang kesalahan bisa terjadi kapan saja, seseorang akan mampu mengakui kesalahannya jika orang itu tahu bahwa dia tidak akan dipermalukan, tidak akan ditertawakan apalagi ditinggalkan. Keluarga harus dapat menjadi tempat yang nyaman bagi setiap anggota keluarga untuk berkata jujur, apa adanya dan juga mengakui kesalahannya. Jika tidak demikian setiap anggota keluarga akan lebih suka main aman dengan cara tidak jujur. Dan biasanya sekali tidak jujur akan beranak-pinak dengan tidak jujur lagi untuk menutupi ketidakjujuran yang sebelumnya, begitu seterusnya.
Oleh Hariati,S.Pd.
Guru IPS SMPN 2 Taman – Pemalang
PERTANYAAN PANDUAN DISKUSI
1.      Mengapa orang tidak berani berkata jujur?
2.      Sebutkan sebab-sebabnya orang melakukan ketidakjujuran, dan berikan contoh- contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari!

Sabtu, 08 November 2014

SEJARAH SINGKAT GKJ PEMALANG



A. SELAYANG PANDANG 

1.    Benih Injil Keselamatan Di Daerah Kabupaten Pemalang
      GKJ Pemalang berawal sejak menjelang berakhirnya abad ke 19, yaitu sejak sekitar tahun 1873, yang merupakan benih Injil Keselamatan di dalam TYK, yang disebar dan bertumbuh serta berkembang didaerah Kabupaten Pemalang bagian tanah ngarai/datar bagian tengah, sekitar Kecamatan Comal, Petarukan, Taman, serta kecamatan Ampelgading yang merupakan hasil karya Roh Kudus sendiri melalui karya penyebaran Injil oleh seorang Indo-Belanda yang bernama Christina Pletronella Philipus dan dibantu aktif oleh pekabar Injil pribumi dari suku Jawa asli yang bernama Kyai Sadrach Soerapranata beserta kawan-kawannya yang berasal dari sebuah desa dipinggiran kota Purwareja, yaitu desa Tuk Sanga. Penyebaran pertumbuhan serta perluasan benih Injil ini sampai masuk ke wilayah Kabupaten Pemalang ini, melalui jalur Purwareja – Wonosobo - Pegunungan Dieng – kemudian turun ke arah utara masuk ke wilayah Kabupaten Batang bagian selatan melalui desa-desa pegunungan seperti desa Dermo – Kesimpar – Ketembelan – Purbalingga kemudian masuk ke Petung Kriyono, Kabupaten Pekalongan, selanjutnya masuk ke wilayah Kabupaten Pemalang bagian Timur yang merupakan daerah datar / tanah ngarai. Benih Injil Keselamatan di dalam TYK yang tumbuh pertama kali di daerah Kabupaten Pemalang. Kemudian bertumbuh dan berkembang, yang merupakan salah satu titik embrionya GKJ Pemalang. Yang pertama kali bertumbuh dan berkembang adalah disebuah dusun Gintung (Pecangakan, Comal) kemudian muncul lagi tumbuh di dusun Gejlig (Widodaren Selatan, Petarukan), desa Sidokare (Ampelgading), desa Kendaldoyong (Petarukan), desa Temuireng (Petarukan), desa Panjunan (Petarukan), kemudian masuk ke desa Sokawangi (Taman), masuk ke dusun Sumurgesing (Jebed, Taman) Kabupaten Pemalang.
       Pada tahun 1901 di tempat-tempat tumbuhnya benih Injil Keselamatan dalam TYK tersebut diatas, telah dapat terselenggarakan adanya kebaktian-kebaktian Minggu dengan beberapa tokoh pimpinan kelompok-kelompok jemaat. Pemeliharaan Gereja dan Rohani terhadap para anggota Jemaat, dilaksanakan langsung dari tempat yang sangat jauh sebagai induknya yaitu Tuksanga (Purworejo) dan kemudian dari Karangjasa (Kutoarjo). Pelayanan Sakramen Baptis dan Perjamuan Kudus, bekerja sama dengan para Pendeta Zending dan Pendeta Pemerintah Belanda (Indische Kerk) yang ada di kota Purworejo. Pelayanan Katekisasi diselenggarakan pula masih dengan secara sederhana dan terbatas meliputi : Doa Bapa Kami, Hukum Sepuluh, dan Pengakuan Iman Rasuli yang masih dicampur adukan dengan ajaran-ajaran kejawen, sedangkan pengetahuan tentang isi Alkitab Firman Allah sangat dangkal yang diajarkan dalam bentuk cerita-cerita Alkitab yang terkenal dengan sebutan dalam bahasa Jawa “Tjarios Satus Sekawan”. Keadaan kelompok-kelompok Jemaat yang semacam itu berlangsung terus sampai pertengahan tahun 1933. Pada tahun 1924 Kyai Sadrach Soeropranata meninggal dunia dan pimpinan Gereja digantikan oleh anak angkatnya yang bernama Kyai Yotham Martoredjo.
       Pada sekitar tahun 1910 hadirlah SZ (Salatiga Zending) di kota Pemalang, dengan mengambil lokasi diatas tanah seluas ± 2 Ha yang berada di Jalan Raya utama Kota Pemalang, yang sekarang juga menjadi komplek Gereja dan Pastori Gereja Kristen Pemalang. Pendeta Salatiga Zending yang pertama kali menempati gedung Pastori ini adalah seorang Pendeta Belanda yang bernama Ds. L.de Vries. Dalam kurun waktu ± 25 tahun Salatiga Zending menempatkan 3 orang pendeta di GKJ Pemalang. Pendeta yang kedua adalah Ds.Von Seng dan yang ketiga adalah Ds.Von Banszeimer, berkebangsaan Jerman yang mampu berbahasa Jawa dengan baik. Pengembangan Injil Keswelamatan di kota Pemalang dan sekitarnya dengan mendirikan Poliklinik, Balai Pengobatan Kristen untuk umum, berlokasi di Jalan Raya yang sama, letaknya tidak jauh dari komplek Gereja dan Pastori kearah Timur ± 300 meter yang sekarang menjadi Pastori  Pdt. GKJTU Pemalang.

2.    Berdirinya GKJ Pemalang
      Pada saat bagian akhir dari tahun 1947, datanglah Guru Injil beserta keluarganya hadir di Pemalang yaitu Bp. Joram Soeharno yang datang dari Sidorejo, Kabupaten Cilacap. Bp. Joram Soeharno ternyata adalah seorang putra kelahiran Pemalang juga, putra Bp. Simon, warga Jemaat Pemalang dalam jaman Salatiga Zending, yang bekerja sebagai Upas-pos jaman Hindia Belanda. Bp.Simon meninggal dunia tahun 1944 (jaman Jepang) atas permintaan sendiri sebelum meninggal, minta dimakamkan di pemakaman umun desa Jebed, yaitu Astana “Kedung Lo”. Bp. Joram Soeharno pada masa mudanya, telah lama meninggalkan kota Pemalang dan datang kembali ke kota dan Gereja Pemalang dalam jabatan gerejawi sebagai Guru Injil. Bp. Joram Soeharno ditugasi untuk menghimpun dan menhidupkan kembali Jemaat bekas Salatiga Zending di Kota Pemalang beserta kelompok-kelompok Jemaat yang ada di Sumurgesing, Sokawangi, Kendaldoyong dan Temuireng.  Dalam waktu yang relatif singkat, Guru Injil Bp. Joram Soeharno berhasil melaksanakan  tugas pokoknya dalam menghimpun dan menghidupkan kembali Jemaat Kristen yang ada di Pemalang dan sekitarnya. Pada saat Tahun Baru 1 Januari 1948 berhasil membentuk sebuah Majelis Gereja yang pertama kali ada.

a.    Adapun susunan dan personalia yang sederhana dari Majelis Gereja yang pertama ini sbb:
     1.    Bp. Joram Soeharno     ( Penetua )         :  Guru Injil
     2.    Bp. M Rachmat            ( Penetua )         :  Pemalang
     3.    Bp. Jesaya Tarijan        ( Penetua )         :  Sumurgesing
     4.    Bp. Munasih                ( Penetua )         :  Sokawangi
     5.    Bp. Rasoma                 ( Diaken )          :  Sokawangi
     6.    Bp. Nariban MS           ( Penetua)          :  Kendaldoyong
     7.    Bp. Kadirdjo               ( Diaken )            :  Sumurgesing
b.      Sebagai Moderamen Majelis  GKJ Pemalang yang pertama ditetapkan :
     1.    Ketua                                                  :  Bp. Joram Soeharno
     2.    Sekretaris                                            :  Bp. Kadirdjo
     3.    Bendahara                                           :  Bp. M Rachmat
c.     Kesimpulan :
     GKJ Pemalang berdiri pada tanggal 1 Januari 1948 ditandai dengan terbentuknya  sebuah Majelis Gereja yang      pertama. Pada saat berdirinya tanggal 1 Januari 1948, wilayah kebersamaan Gereja-Gereja ( Klasis ), menjadi Anggota Klasis Semarang bersama-sama dengan GKJ Moga dan GKJ Tegal.

3.    Pengganti Bp. Joram Soeharno.
      Tahun 1954 Guru Injil Bp. J.Soeharno dipindahkan tempat tugas pelayanannya dari GKJ Pemalang ke GKJ Ajibarang, Purwakerta. Sedangkan penggantinya adalah Guru Injil Bp. Yusak dari Purwakerta, datang di Pemalang beserta dua orang anak yaitu : Sih Rumentah & Endang Retnowati.

4.    Pengganti Bp. Yusak.
      Tahun 1958 menjelang Bp. Yusak memasuki masa pensiun ( Emiritus ) ditetapkann seorang Guru Injil calon pengganti Bp. Yusak, yaitu Bp. S Martoatmodjo yang berasal dari Kertayasa Kabupaten Banjarnegara. Bp. S.Martoatmodjo beserta istri pada saat baru datang di GKJ Pemalang, tempat tinggalnya dikontrakkan oleh Majelis Gereja di sebuah rumah sangat sederhana di Kecamatan Petarukan dengan maksud dan tujuan wilayah tugas dan pelayannanya  lebih dekat ke pepanthan Kendaldoyong dan Sokawangi.

5.    Pendeta Yang Pertama.
      Barulah pada tahun 1969 GKJ Pemalang mampu memanggil pendeta sendiri untuk yang pertama kali, yaitu dalam diri Bp. RS Darmo Soesastro yang dipanggil dari GKJ Wonosari, Gunung Kidul DIY. Kebaktian peneguhan Bp. RS Darmo Soesastro dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 1969, dilayankan oleh Bp. Pdt. S Dwidjowijono dari GKJ Tegal, selaku pendeta Konsulen. Pendeta RS Darmo Soesastro menjadi pendeta pertama di GKJ Pemalang. Dalam melaksanakn tugas pengabdiannya sebagai pendeta hanya 8 tahun ( 1969 – 1977 )

6.    Pengganti Bp. Pdt. RS Darmo Soesastro.
     Tahun 1978/1979 GKJ Pemalang memproses seorang calon pendeta baru yang kedua, dalam diri Bp. Soemaryanto Mangun Wiyono, yang aslinya berasal dari Wates, kabupaten Kulon Progo. DIY, pada saat sebelum diproses dipanggil ke GKJ Pemalang berstatus sebagai seorang pembantu pendeta di GKJ Tegal. Kemudian Bp. Soemaryanto MW ditahbiskan menjadi pendeta ke 2 bagi GKJ Pemalang pada tanggal 7 Agustus 1979 dilayankan oleh Pdt Budi Mardono S.Th selaku pendeta konsulen dan dilaksanakan di GKJ Pemalang. Pendeta Soemaryanto MW melaksanakan tugas pelayanannya & pengabdiannya hanya 13 tahun (1979 – 1992). Kembali dalam kurun waktu 1992 – 1997 GKJ Pemalang terpaksa mengalami vakum ( kosong ) pendeta, sehingga jemaat GKJ Pemalang hanya dipimpin oleh Majelis Gereja, dengan bimbingan dan pembinaan Pendeta Konsulen, yang secara bergilir ditugasi oleh persidangan Klasis Tegal. Oleh Pdt Indarto B.Th dari GKJ Moga dan Pdt Budi Mardono S.Th dari GKJ Tegal, atas permohonan oleh pihak Majelis GKJ Pemalang.

7.    Pemanggilan Bp.Pdt.Drs.Purnomo Hadi.
      Pada akhir bulan Agustus, tepatnya hari Jumat, 29 Agustus 1997, setelah melalui proses pemanggilan, sedemikian rupa sesuai dengan Tata Gereja yang berlaku, maka datanglah seorang calon pendeta yang sudah berjabatan Pendeta, dalam diri Bp. Pdt.Drs.Purnomo Hadi dari GKJ Wuryantoro, Klasis Wonogiri. Bp. Pdt.Drs.Purnomo Hadi melayani di GKJ Pemalang hanya 5 tahun, yaitu dari September 1997 sampai Agustus 2002. Dari September 2002 sampai Oktober 2006 kurang lebih selama 5 tahun, kehidupan Gereja kembali dipimpin oleh Majelis Gereja, dengan bimbingan dan pembinaan Pendeta Konsulen dari GKJ Tegal Pdt. Budi Mardono S.Th dan dari GKJ Brebes Pdt. Agus Yusak S.Th

8.    Pengganti Pdt.Drs.Purnomo Hadi.
Diadakan pemanggilan bakal calon Pendeta dan life in atas nama Bp. Ir. Ahmad Supraptono Wiratmo S.Th, M.Min di GKJ Pemalang dan Pepanthan. Akhirnya di tabiskan menjadi Pendeta GKJ Pemalang,  pada hari Selasa, 14 November 2006 - sekarang
B.   CATATAN GKJ PEMALANG UNTUK DIKENANG (RINGKASAN)
  •    Masa Embrio (1873 – 1939)
a.    Pendahulu Tumbuhnya Benih Injil Keselamatan
     1.    Ny Christina Petronella Philips          : Tuksanga Purworejo
     2.    Kyai Sadrach Soerapranata               : Karangjasa Kutoarjo
     3.    Kyai Yotham Martoredjo                   : Karangjasa Kutoarjo  (pengganti Kyai Sadrach).
b.    Tokoh Setempat Pemalang Dan Sekitarnya.
     1.       Bpk. Kyai Idris                              :  Dusun Gintung, Pecangakan, Comal
     2.       Bpk. Yusup                                   :  Dusun Gejleg, Widodaren, Petarukan
     3.       Bpk. Lewi                                     :  Desa Sidokare, Ampelgading
     4.       Bpk. Nariban M Salmon                  :  Desa Kendaldoyong, Petarukan
     5.       Bpk. Rubin & Ambiyo                    :  Desa Temuireng, Petarukan
     6.       Bpk. Tjanipan                                :  Desa Panjunan, Petarukan
     7.       Bpk. Harun                                    :  Desa Sokawangi, Taman
     8.       Bpk. Jesaya Tarijan                        :  Dusun Sumurgesing, Jebed, Taman
c.     Tokoh Dari Salatiga Zending
     1.       Dominie L de Vries                        :  Belanda
     2.       Dominie Von Seng                         :  Jerman
     3.       Dominie Von Banzeimer                 :  Jerman
     4.       Dominie Karto Soeganda                :  Pribumi, Salatiga
     5.       Guru Injil Aminnatab                      :  Pribumi, Salawire-Demak
  •     Sejak Berdiri – Sekarang (1948 – 2006)
a.    Guru Injil
     1.    Bpk. Joram Soeharno                      :  Sidorejo, Cilacap
     2.    Bpk. K.Yusak                                 :  Purwokerto
     3.    Bpk. S.Martoatmodjo                      :  Kertayasa, Banjarnegara
b.    Nama Pendeta Konsulen
     1.    Pdt. M. Kephas                               :  GKJ Moga
     2.    Pdt. M. Prawiro Tirto                      :  GKJ Tegal
     3.    Pdt. S. Dwidjowijono                      :  GKJ Tegal
     4.    Pdt. S. Wiryosumarto                      :  GKJ Slawi
     5.    Pdt. Indarto B.Th                            :  GKJ Moga
     6.    Pdt. Budi Mardono S.Th                  :  GKJ Tegal
     7.    Pdt. S. Dwidjoasmoro                      :  Utsn Klasis Banyumas Utara    
     8.    Pdt. Agus Yusak S.Th M.Min           :  GKJ Brebes
c.     Nama Pendeta
     1.    Pdt. R.S. Darmosoesastro                :  Yogyakarta, 1969 – 1977
     2.    Pdt. Sumaryanto Mangunwiyono      :  Sleman, DIY 1979 – 1992
     3.    Pdt. Drs. Purnomo Hadi                   :  Sragen, 1998 – 2003
     4.    Pdt. Ir A.S. Wiratmo S.Th.,M.Min.  :   Klaten, 14 November 2006 -  sekarang
  •    Lingkup Klasis
     1.    Klasis Semarang                              :  1948 – 1953
     2.    Klasis Banyumas Utara                     :  1953 – 1969
     3.    Klasis Tegal                                     :  1969 – 1999
     4.    Klasis Pekalongan Barat                    :  1999 – sekarang
  • Lingkup GKJ Pemalang
GKJ Pemalang terdiri atas :
1.    Gereja Induk, meliputi 5 Wilayah yakni :
      Wilayah Warurejo – Sumberharjo               :  ± 10 km dari Gereja Induk
      Wilayah Pemalang Selatan                         :  ± 1 km dari Gereja Induk ke arah Selatan
      Wilayah Pemalang Barat                            :  ± 1 km dari Gereja Induk ke arah Barat
           Wilayah Pemalang Timur, Taman               :  ±  radius 2 km dari Gereja
           Wilayah Comal – Petarukan                        :  ± 7 – 15 km dari Gereja Induk ke arah Pekalongan
2.    Gereja Pepanthan Kendalrejo, Petarukan       :  ± 15 km dari kota Pemalang
3.    Gereja Pepanthan Sokawangi, Taman           :  ± 10 km dari kota Pemalang
4.    Gereja Pepanthan Jebed, Taman                   :  ±  6 km dari kota Pemalang

data diambil dari beberapa sumber