Kamis, 04 Desember 2014

KARAKTER JUJUR



KARAKTER JUJUR

                 Jujur adalah salah satu wujud karakter yang dijunjung tinggi di mana-mana. Karakter jujur ini tidak terbentuk begitu saja secara instan. Benih kejujuran itu perlu dan harus ditabur sejak anak usia dini, dipupuk dan dikembangkan terus sampai dewasa. Dr. Andar Ismail dalam bukunya “Selamat Menabur” mengatakan bahwa karakter seseorang itu produk masa kecil. Karakter seseorang itu bagaikan timbunan pasir yang terdiri dari beribu-ribu butir pasir, demikian juga karakter seseorang itu terbentuk dari ribuan peristiwa bertahun-tahun yang dimulai sejak kecil. Memang karakter seseorang itu bisa saja berkembang ke arah yang baik atau ke arah yang buruk pada masa dewasa karena pengaruh pergaulan. Akan tetapi setidaknya pada masa kecil fondasi karakter seseorang itu telah terbangun. Kalau benih yang ditabur pada masa kecil itu benih yang baik, tentu buahnya pun akan baik.
                 Karakter dalam bahasa latin artinya dipahat. Karakter itu tidak tunggal, maksudnya  hanya ini atau hanya itu saja, karakter itu jamak yang semuanya terkait dan terbentuk dalam gambaran utuh kehidupan seorang manusia. Karena karakter itu dipahat, maka dibentuk dari kebiasaan-kebiasaan mulai dari masa anak-anak, sampai dewasa. Begitu juga dengan karakter jujur harus dibentuk dari kebiasaan sehari-hari sejak masih anak-anak, sampai dewasa dibiasakan untuk hidup jujur.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa seringkali orang tidak mau jujur? Seringkali yang membuat orang tidak jujur adalah karena seseorang itu menginginkan lebih dari yang seharusnya. Seseorang mungkin termasuk kita juga seringkali hanya ingin enaknya saja, tanpa mau menerima yang tidak enak yang seharusnya menjadi bagian kita. Yang menjadi perenungan kita adalah :
1)   Sudahkah pembentukan karakter jujur dengan sadar kita hadirkan di rumah? Atau di instansi kita? 
2)    Sudahkah pembentukan karakter jujur menjadi bahan pendidikan di rumah? Atau di instansi kita?  Tentunya harus dijawab dengan jujur!
Apakah kejujuran itu? Mari kita perhatikan ilustrasi dibawah ini!
Ali dan Nano mengunjungi Tono yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. Tono bercerita ada kelainan yang cukup serius pada jantungnya. Jadi mungkin harus dioperasi. “Ton, kamu nggak usah khawatir,” kata Ali membesarkan hati Tono. “Kakak saya  dulu operasi jantung di rumah sakit ini juga”.
“kakakmu ada kelainan jantung juga?” tanya Tono.  “Iya, sama dengan kamu Ton, awalnya  sesak kalau bernafas, dada agak sakit, setelah diperiksa ternyata memang harus operasi jantung” kata Ali. “Sekarang kakakmu sudah sembuh?” tanya Tono dengan penuh harap dan wajah bersinar.
“Tidak! sudah meninggal!” jawab Ali.
                 Apakah yang dilakukan Ali adalah sebuah kejujuran? BENAR! Jika kejujuran hanya dipahami dengan mengatakan yang sebenarnya. Kejujuran tidak hanya itu, kejujuran tidak hanya mengatakan yang sebenarnya, tetapi diiringi karakter yang lain yaitu tulus, menjunjung kehormatan dan prinsip keadilan, maksudnya kejujuran itu harus disampaikan dengan bijak! Kejujuran dilakukan tanpa mengadili, tanpa menghancurkan dan tanpa menindas orang lain. Kalau kita sulit mengatakan sesuatu dengan jujur, sebaiknya jangan katakan apa-apa.
Mari kita perhatikan ilustrasi berikut!. Ada suatu kehidupan di hutan yang dipimpin oleh seekor singa sebagai rajanya. Pada suatu pagi sang raja bangun tidur dan menyapa istrinya,“ Selamat pagi Istriku”. Sang istri menjawab,”Selamat pagi juga! Paduka raja aroma mulutmu  sangat tidak sedap, apakah ada gigi Paduka yang berlubang?” Raja singa merasa tidak senang dengan perkataan istrinya. Sang raja ingin menanyakan pada hubalang-hulubalangnya yaitu kancil, domba dan rubah.  Singa memanggil domba dan bertanya, “Domba, apakah aroma mulutku tidak sedap?”. Domba pun menjawab dengan jujur.” Betul Tuan, aroma mulut Tuan baunya tidak sedap”. Saat itu juga marahlah sang singa merasa tersinggung, sehingga diterkamlah domba itu. Kemudian sang  singa memanggil rubah untuk ditanya hal yang sama dengan domba, tetapi karena rubah tahu bahwa domba telah menjawab dengan jujur akhirnya malah diterkam, maka rubah menjawab dengan sebaliknya. “Tuan aroma mulut tuan sangat wangi, sangat harum” begitu jawab rubah. Tetapi sang singa masih lebih mempercayai perkataan istrinya, maka marahlah singa itu pada rubah karena merasa dibohongi, oleh karena itu diterkam dan dicabik-cabiklah tubuh rubah itu. Melihat semua kejadian itu takutlah sang kancil, ia berpikir bagaimana harus menjawab pertanyaan sang rajanya itu. Sang singa akhirnya memanggil kancil dan bertanya. “hai kancil apakah mulutku bau?”. Sang kancil pun mendekat sambil bersin-bersin,” Hasyiin..... aduh maaf Paduka saya sedang pilek, jadi tidak bisa membaui apakah mulut paduka berbau busuk ataukah tidak, jadi sekali lagi maaf paduka hasyiinn....,” maka selamatlah sang kancil dari terkaman sang singa. Dari ilustrasi di atas kita tahu bahwa kancil itu tidak jujur tapi tidak berbohong.
Keluarga adalah tempat pembelajaran yang pertama dan utama bagi anak-anak untuk menerima benih-benih karakter, termasuk di dalamnya karakter jujur. Dalam keluarga benih karakter yang baik dan yang tidak baik pertama kali diterima oleh anak-anak. Tanpa sadar seringkali orang tua menjadi teladan ketidakjujuran bagi anak-anak di rumah. Mari kita perhatikan dua contoh di bawah ini !
·      Pada suatu sore yang indah Wisnu sedang menonton TV menonton film kesukaannya. Pak Darto ayahnya, tengah asyik membaca koran. Telepon berdering. “Wis, angkat telepon itu, kalau dari pak RT bilang papa belum pulang kerja,” pesan Pak Darto. Ternyata benar, Pak RT yang menelepon. Wisnu pun mengatakan persis seperti yang dipesan ayahnya. Semua berjalan biasa-biasa saja.
·      Keesokan harinya ibu Wisnu mau pergi ke pesta perkawinan seorang temannya, diantar oleh pak Darto suaminya, adik Wisnu yang kecil yang bernama Lena menangis ingin ikut ibunya pergi. “Ibu mau pergi ke dokter, kalau Lena ikut nanti disuntik Pak Dokter lho!” kata ibu Wisnu.
Dari dua contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa ketidakjujuran seakan-akan telah menjadi hal yang wajar. Mengalir secara alamiah dalam realitas hidup berkeluarga. Menjangkiti semua srata sosial, agama, politis dan sebagainya. Anak-anak pun tak luput pula dari kenyataan ketidakjujuran.
Keluarga seharusnya menjadi tempat di mana setiap anggota keluarga merasa nyaman menjadi dirinya sendiri secara jujur, sehingga setiap anggota keluarga mampu bersikap terbuka satu sama lain, tidak perlu menjadi orang lain dengan berpura-pura atau berbohong. Anak-anak tidak merasa takut atau malu jika mengakui kesalahannya  karena anak-anak tahu mereka tidak akan dipermalukan.
Dalam hidup seseorang kesalahan bisa terjadi kapan saja, seseorang akan mampu mengakui kesalahannya jika orang itu tahu bahwa dia tidak akan dipermalukan, tidak akan ditertawakan apalagi ditinggalkan. Keluarga harus dapat menjadi tempat yang nyaman bagi setiap anggota keluarga untuk berkata jujur, apa adanya dan juga mengakui kesalahannya. Jika tidak demikian setiap anggota keluarga akan lebih suka main aman dengan cara tidak jujur. Dan biasanya sekali tidak jujur akan beranak-pinak dengan tidak jujur lagi untuk menutupi ketidakjujuran yang sebelumnya, begitu seterusnya.
Oleh Hariati,S.Pd.
Guru IPS SMPN 2 Taman – Pemalang
PERTANYAAN PANDUAN DISKUSI
1.      Mengapa orang tidak berani berkata jujur?
2.      Sebutkan sebab-sebabnya orang melakukan ketidakjujuran, dan berikan contoh- contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar